Minggu, 14 Desember 2008

Dampak Dogma Dalam Perkembangan Ilmu

DAMPAK DOGMA DALAM PERKEMBANGAN ILMU


I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu seharusnya dapat berdampak positif serta dapat berguna bagi kehidupan manusia, perkembangan ilmu ini dapat berjalan sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga dapat menjadi satu tujuan yang dapat menghasilkan sesuatu yang berguna.
Peranan dan mamfaat ilmu dalam dunia modern dan bagi kemajuan masyarakat pada dewasa ini tidak teringkari lagi dan kiranya tidak perlu diberi alas an pembenaran secara panjang lebar, dengan berkembangnya ilmu, manusia dapat mencapai nilai kebenaran, memahami aneka kejadian, meramalkan peristiwa yang akan terjadi atau bahkan menguasai ala untuk memamfaatkannya. Bias dikatakan semua segi kehidupan manusia dewasa ini tersentuh oleh kemajuan ilmu. Ilmu kini menjadi tumpuan harapan masa depan manusia.
Perkembangan ilmu sendiri membahas persoalan- persoalan konkrit dan penting yang ada kaitannya dengan masa depan dan kelangsungan peradaban, seperti masalah ideologi politik dan teknologi terutama masalah pendidikan. Kelemahan dari system pendidikan sekarang ialah kurangnya tujuan fundamental, terlampau menekankan pengumpulan kuantitatif dari fakta tapi melupakan atau melalaikan semangat kearifan( spirit of wisdom).

B. Rumusan Masalah
· Animisme
Pada awalnya manusia mulai berpikir ketika mereka mulai menemukan gejala-gejala alam yang harus mereka hadapi.manusia primitf ketika melihat kilat dan mendengar petir diikuti dengan ujan deras mereka mulai bingung dan merenung apa yang sebenarnya yang terjadi.
Antropologi dan sejarah menujukan bahwa manusia pertamakali menerangkan pertama kali menerangkan gejala-gejala seperti itu karena perbuatan para dewa,pada masa itu manusia sangat percaya kepada hal-hal sepiritual,keadaan yang bersifat gaib atau fase animistis ini belum sesungguhnya berlalu bahkan pada beberapa golongan yang berdab.
Bukan hal yang aneh bagi orang moderen untuk percaya pada dunia gaib untuk menerangkan sesuatu kejadian yang belum mampu untuk dijelaskan.
· Ilmu Empiris
Lambat laun manusai menyadari bahwa gejala alam dapat diterangkan sebab musababnya. Suatu langkah yang paling penting yang menandai permulaan ilmu sebagai suatu pendekatan sistematis dalam pemecahan masalah. Perkembangan kearah ini berlangsung lambat.perkembangan yang kasar dan tidak sistematis secara lambat laun memberi jalan kepada observasi yang lebih sistematis dan kritis,pengujian hipotesis secara sistematis dan teliti dan akhirnya disatukan secara utuh.

· Ilmu Teoritis
Tingkat yang palang akhir dari ilmu adalah ilmu teoritis, dimana hubungan dengan gejala yang ditemukan dalam ilmu empiris diterangkan dengan dasar sutu kerangka pemikiran tentang sebab musabab sebagai lang untuk meramalkan dan menentukan cara untuk mengintrol kegiatan agar hasil yang diharapkan dapat dicapai.ilmu teoritis dapat memperpendek peruses untuk sampai dalam pemahaman masalah. Ilmu teoritis mempunyai kelebihan yang nyata dalam merangsang penelitian dan dalam memberikan hipotesis yang berharga.

C. Tujuan Perkembangan Ilmu dan Agama
Ilmuwan yang berfikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami unsure – unsure pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya, termasuk pemamfaatnya bagi masyarakat. Sehingga, ilmuan selain sebagai orang berilmu juga memiliki kearifan, kebenaran, etika dan estetika.
Secra epistemologis dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan yang ada saat ini merupakan hasil dari akumulasi pengetahuan yang terjadi dengan pertumbuhan, pergantian dan penyerapan teori. Kemunculan teori baru yang menguatkan teori lama akan memperkuat citra sains normal. Tetapi, anomali dalam riset ilmiah yang tidak diselesaikan oleh paradigma yang menjadi referensi riset, menyebabkan berkembangnya paradigma baru yang bias memecahkan masalah dan membimbingriset berikutnya. Tumbuh kembangnnya teori dan pergeseran paradigma adalah pola perkembangan yang biasa dari sians yang telah matang. Berkembangnya peralatan analisis juga mendorong semakin berkembangnya ilmu. Contoh epistemology ilmu dimana terjadi perubahan teori dan pergeseran paradigma terlihat pada perkembangan teori atom, teori pewarisan sifat dan penemuan alam semesta.
Dalam perkembangan ilmu, suatu kekeliruan mungkin terjadi terutama saat pembentukan paradigma baru. Tetapi, yang harus dihindari adalah melakukan kesalahan yang lalu ditutupi dan diakui sebagai kebenaran.
Sebagai contoh, kajian ilmu bioteknologi, revolusi hijau (bibit unggul, pestisida, pupuk kimia ) dan tanaman transgenic untuk mengatasi produksi pangan yang terus menurun, maka kita perlu mempertanyakan kebenaran fundamental yang ada dibelakangnya. Apa penyebab masalah yang sebenarnya? Apa saja alternatifnya pemecahan masalahnya? Apakah alternative yang diajukan adalah alternative yang terbaik untuk mengatasi masalah? Bagaimana kajian keuntungan dan resiko dari alternative yang dipih? Bagaimana dampaknya terhadap kemanusiaan, lingkungan, ekonomi dan system social masyarakat? Hal – hal ini harus dipelajari dan dijawab oleh ilmuwan sebelum alternative ini benar – benar dipilih untuk menatasi suatu masalah. Sehingga tidak terjadi kasus dimana aplikasi dari suatu factual knowledge ternyata pada akhirnya menimbulkan dampak negative bagi manusia, lingkungan, sosial ataupun aspek lain dari kehidupan masyarakat.

Seorang ilmuwan brada pada posisi dimana dia memiliki pengetahuan yang berdasarkan pada fakta(fattual knowledge). Tetapi ,fakta ini tidak berarti walupun bisa menjadi instrument jika tidak diaplikasikan. Aplikasi dari suatu ilmu hendaklah mempunyai nilai kegunaan (aksiologi) yang memberi makna terhadap kebenaraan atau kenyataan yang dijumpai didalam seluruh aspek kehidupan.
Kajian pilsafat bekenaan dengan pencarian kebenaran fundamenta.Seorang ilmuwan,hendaknya mengaji kebenaran fundamenl dari suatu alternatif pemecahan masalah yang disodorkanya.




II. Pembahasan
Tentang Doktrin
Doktrin merujuk kepada pengajaran tentang Allah yang bersumber dari Alkitab. Sebuah Doktrin adalah apa yang seluruh kitab suci ajarkan tentang topik-topik tertentu kepada kita hari ini. Doktrin ini terkait langsung dengan definisi Teologi Sistematika. Doktrin dapat bermakna sempit atau luas. Doktrin yang luas, misalnya, Doktrin Allah, termasuk sebuah ringkasan dari apa yang Alkitab katakan kepada kepada kita tentang Allah. [Wayne Grudem, Systematic Theology: An Introduction to a Biblical Doctrine(G. R. Michigan: Zondervan Pub. House, 1994), 25-26]. Pengertian Doktrin secara sederhana adalah ajaran utama Alkitab. Ajaran yang tertulis dalam Alkitab. Ajaran itu tidak pernah salah atau tidak konsisten atau berubah.
Ada tiga kriteria untuk menentukan Doktrin: (1). Doktrin itu sangat ditekankan dalam Kitab Suci. (2). Doktrin itu sangat penting dan berpengaruh dalam Ajaran Gereja sepanjang masa. (3). Doktrin itu sangat berpengaruh bagi pengajaran gereja sepanjang masa. Karena kesesuaiannya dengan situasi kontemporer (perubahan), Doktrin-Doktrin itu lebih diterima pada hari ini, ketimbang buku-buku teks Teologi Sistematika. [Wayne Grudem, Systematic Theology: An Introduction to a Biblical Doctrine (GR. Michigan: Zondervan Pub. House, 1994), 25-26].
Usaha mensintesa tema-tema Alkitab ini disebut usaha Sistematisasi Doktrin. Tema-tema Alkitab yang menyebar dan telah diakumulasi itu membentuk beberapa tema mayor, misalnya, secara umum ada 7 Doktrin mayor dalam Alkitab (sebutannya bisa berbeda): (1). Doktrin Alkitab. (2). Doktrin Allah. (3). Doktrin Manusia. (4). Doktrin Kristus dan Roh Kudus. (5). Doktrin Aplikasi Penebusan. (6). Doktrin Gereja. (7). Doktrin Akhir zaman. Istilah "Doktrin" tidak dapat diganti dengan istilah "Teologi" Misalnya: "Doktrin Allah" tidak bisa menjadi "Teologi Allah", dll. Doktrin-Doktrin (Misalnya: Doktrin Allah) ini bisa dipersempit, seperti: Doktrin Kekekalan Allah, atau Doktrin Trinitas, atau Doktrin Penghakiman Allah. Doktrin-Doktrin, dalam pengajaran dan penyelidikannya bisa dikembangkan, tetapi tidak akan berubah atau bertambah, selama Alkitab Kanonik (PL-PB) adalah Sumber Doktrin itu.
Dengan demikian, berdasarkan fungsinya, tugas seorang teolog sistematika adalah menata secara Logis semua Doktrin yang sudah tersedia di Alkitab dengan panduan Tokoh-Tokoh Besar dalam penelitian Teologi lainnya. Misalnya, John Calvin, dengan Institutionya tidak bisa lepas dari karya-karya Bapak-Bapak Gereja, seperti Agustinus, Thomas Aquinas, dll. Hasil akhir dari usaha "Sistematisasi" Doktrin Alkitab itu disebut Teologi Sistematika. (Silahkan bandingkan dengan karya Louis Berkhof, Teologi Sistematika (telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesi oleh LRII, Jakarta).
F. "Pengajaran Doktrin" Bisa Bebeda dan Salah
(1). Jika Doktrin yang diajarkan oleh gereja tersebut tidak sesuai dengan Doktrin-Doktrin Ortodoks, maka gereja itu dianggap Salah atau Sesat. Doktrin Ortodoks secara sederhana dirumuskan dalam Pengakuan Iman Rasuli, Nicea-Konstantinopel, Chalcedon, Athanasius.
(2). Masing-masing aliran gereja bisa berbeda-beda dalam memberikan penekanan pada Doktrin. Misalnya, dalam mengkhotbahkan Doktrin Keselamatan, gereja-gereja yang beraliran Teologi Calvinis-Injili cenderung mengajarkan Keselamatan oleh Anugerah Allah. Sedangkan di gereja lainnya, menekankan keselamatan melalui perbuatan baik, dsb. Doktrin Keselamatan itu sendiri tidak berubah, tetapi cara mengajarkan dan memberikan penekanan pada Doktrin itu yang berbeda.
(3). Aliran Teologi seseorang bisa berubah. Doktrin itu sifatnya tetap dan benar. Tetapi, seringkali ada Pendeta, Ahli Teologia yang memberikan penekanan yang berlebihan untuk hal-hal tertentu, namun mengabaikan hal-hal yang utama - prinsipil. Cara dan Metode Berteologia seseorang juga sangat berperan dalam mempengaruhi Teologinya. Aliran Teologia seseorang bisa mempengaruhi jemaat yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, jangan karena dia sesorang 'Pendeta yang berbakat' atau 'Teolog yang handal' dan 'Populer' maka dia dianggap tidak bisa salah. Jadi, antara Sudut Pandang Teologi Seseorang terhadap suatu Doktrin dengan Aliran Teologi yang dianut oleh sebuah Denominasi atau gereja bisa bebeda dan salah. Ujilah apa yang anda dengar! Ujilah segala sesuatu.
Definisi Dogma
Dogma yaitu kepercayaan atau sistem kepercayaan yang dianggap benar dan seharusnya dapat diterima oleh orang ramai tanpa sebarang pertikaian atau pokok ajaran yang harus diterima sebagai hal yang benar dan baik, tidak boleh dibantah dan diragukan.
Dogma primer ialah prinsip dasar dan landasan aksiom yang kadar kebenarannya sudah tidak dipertanyakan lagi, karena sudah self evident atau benar dengan sendirinya. Akibatnya dari kebutuhan terhadap adanya paradigma dalam membangun ilmu pengetahuan (sains) membawa dampak pada kebutuhan adanya rasionalisme, empirisme dan objektivitas. Artinya, apabila pengetahuan yang dibangun dan dikembangkan tidak memenuhi aspek rasional, empirikal dan objektif maka kebenaran pengetahuannya perlu dipertanyakan lagi atau tidak mempunyai kesahihan. Oleh karena itu membangun ilmu pengetahuan diperlukan konsistensi yang terus berpegang pada paradigma yang membentuknya.
“Hubungan antara agama dan dogma keagamaan senantiasa menarik untuk didiskusikan. Sebab, dari dogma itulah, biasanya seluruh perilaku keagamaan senantiasa dijalankan dengan penuh keyakinan. Dogma juga menjadi sebuah ideologi penuntun untuk menemukan kebenaran dan menumbuhkan militansi guna membela keyakinannya. Yang sering kali terjadi, antara hakikat agama dan dogma itu menjadi sebuah hal yang disamakan”
Padahal, antara agama dan dogma itu sendiri terdapat perbedaan yang signifikan. Agama pada dasarnya sebuah hakikat yang meliputi berbagai bentuk dogma yang mengatur dan memberikan arahan manusia agar menjalankan kehidupan dengan baik dan memperoleh kebahagiaan. Dogma adalah sarana untuk menjalankan keagamaan dan membumikan agama itu dalam kehidupan sehari-hari. Maka, berbagai macam dogma agama itu bisa berupa tuntunan untuk kehidupan sosial, ekonomi, politik, keluarga, dan sebagainya.
Selain kerap terjadi penyamaan antara agama dan dogma, yang juga acap kali muncul adalah penafsiran akan sebuah dogma secara tunggal dan hegemonik oleh kelompok tertentu. Kelompok ini, biasanya adalah orang atau lembaga resmi yang dekat dengan kekuasaan atau mereka yang memegang teguh status quo penafsiran masa lalu. Akibat dari hegemoni penafsiran dogma ini, yang kerap terjadi adalah adanya sebuah pengafiran (takfir) terhadap orang lain yang mempunyai penafsiran berbeda atau menentang penafsiran lama.
Dogma dalam pandangan Agama Nasrani
Dogma merujuk kepada apa yang dilihat benar oleh seseorang dan yang mempengaruhi pendiriannya. Dalam gereja, Doktrin adalah Kebenaran Sejati yang dinyatakan oleh Allah di dalam Kristus dan tertulis dalam Alkitab. Doktrin yang telah disepakati akan disebut Dogma. Doktrin menentukan Dogma. Dogma-dogma Kristen ditetapkan dalam Konsili-Konsili. Misalnya, Doktrin Kristus (--Kristologi, sebagai Doktrin yang banyak menghadapi permasalahan) disepakati sebagai Dogma Gereja dalam 4 kali Konsili, tahun 325, 787, 1215 dan 1545-1563 Masehi. [Hendrikus Berkhof, Introduction to the Study of Dogmatics (G. R, Mich.: W. B.Eerdman Pub. Co., 1985), 4-6.]. Tentang Konsili-Konsili, silahkan baca di F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja: "Konsili" (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1994), 127-139.
Jadi, Dogma yang sejati dasarnya adalah Doktrin atau Pengajaran yang bersumber dari Alkitab itu sendiri dan ditetapkan oleh Konsili Gereja sebagai Dogma Gereja yang sah dan benar.
Dogma dalam pandangan Agama Islam

Doktrin atau dogma adalah pola pikir deduktif (deductive). Pola pikir yang sangat tergantung pada teks atau nash-nash kitab suci adalah pola pikir yang bersifat deduktif. Abid al-Jabiri menyebut pola pikir seperti itu sebagai pola pikir "bayaniyyun" dan bukan `irfaniyyun, dan juga bukan burhaniyyun. (Muhammad Abid al-Jabiri, Bunyah al-Aql al- Araby ), Perlu dicatat bahwa pola pikir deduktif hanyalah salah satu dari sekian banyak pola pikir yang ada. Selain itu masih ada pola pikir lain seperti yang menggunakan cara pendekatan induktif (inductive) atau abduktif (abductive).
Kasus yang dialami oleh Nasr Hamid Abu Zayd, adalah salah satu contoh di antaranya. Karena ia berani berijtihad bahwa Alquran pada hakikatnya adalah produk budaya, ia dikafirkan dan dipaksa untuk bercerai dengan istrinya serta akhirnya didemarkasi ke Leiden. Bahkan sebelum itu, pemikir Mesir Faraj Fouda dibunuh karena juga mengeluarkan gagasan yang kontroversial. Mereka dianggap berbahaya karena memprofankan dogma agama yang selama ini dianggap suci dan berani mengkritik para pemegang otoritas penafsiran.
Kritik terhadap hegemoni penafsiran dan pemegangan teguh terhadap dogma itu haruslah dilakukan. Sebab, pada dasarnya penafsiran dan dogma hanyalah jalan untuk mendapatkan kebenaran agama, jadi ia bukan agama itu sendiri. Terlebih lagi, penafsiran para ulama masa lampau, juga sering kali dilakukan secara tekstual dan sesuai dengan kondisi sejarah masa itu. Oleh karenanya, jawaban atas dialektika pemikiran yang berkembang dan problem kemanusiaan yang terjadi pada masa sekarang, akan sulit ditemukan pada karya-karya mereka.


III. Kesimpulan

Setip hari,bulan dan tahun jaman akan terus berubah begitujuga teknologi yang semakin canggih dan kemampuan berfikir manusia yang semakin moderen telah mengantarkan manusia meninggal kan jaman demi jaman dan semua berubah baik dari segi gaya hidup dan kepercayaan kepada roh-roh halus pun semakin memudar.






















DAFTAR PUSTAKA
The Ling Gie,1987,Pengantar Pilsafat Ilm: Yogayakarta: Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi
Charis Zubeir, Ahmad. 2002. Kajian Filsafat Ilmu: Dimensi Ekti dan Askekti Ilmu Pengetahuan Manusia Lembaga Studi Filsafat Islam: Yogyakarta
Wolfon Herry Austryn, The Philosophy of the Kalam (Cambridge: Harvard University Perss, 1976).
Al-Jabiri, Muhammad Abid, Bunyah al-Aql al-Araby: Dirasah Talilinyah Nakqdiyyah Li al-Nudzumi al-Ma’rifah fi al-Tsaqafah al-Arabiyyah (Beirut: Markaz Dirasah al-Wihdah al-Arabiyyah, 1990).

Tidak ada komentar: